Randhy Ramono Syamri, Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi UGM, terpilih mewakili UGM sebagai salah satu Delegasi Indonesia dalam Program Kizuna Project yang dilaksanakan di Jepang beberapa waktu yang lalu.
Kizuna Project merupakan Program Pertukaran Pelajar yang diadakan oleh Japan International Coorperation Center (JICE) yang bekerja sama dengan Kedutaan Besar Jepang Indonesia. Program ini berlangsung pada tanggal 17 sd 27 Februari 2013 dan diikuti oleh 50 siswa SMA, 51 mahasiswa, dan 8 pendamping dari Indonesia. Tujuan diadakannya program ini adalah untuk menyebarkan informasi yang akurat tentang kondisi Jepang pasca gempa besar dan tsunami yang melanda Jepang 2 tahun yang lalu dan untuk menjalin ikatan (kizuna) persahabatan antar Pelajar Indonesia dan Jepang.
Kegiatan Program Kizuna Project sebagian besar berupa kunjungan ke kota-kota yang terkena dampak bencana di provinsi Ibaraki dan Chiba dan menghadiri seminar terkait upaya rekonstruksi yang telah dilakukan masyarakat Jepang. Kunjungan pertama dilakukan di Kuil Kashima (Kashima Jingu) dan Stadion Sepak Bola Kashima di Kota Kashima. “Setelah selesai direnovasi beberapa waktu yang lalu, Stadion Sepak Bola Kashima dipersiapkan untuk menjadi lokasi evakuasi. Stadion ini mampu menampung seluruh Warga Kashima, sekitar 60.000 orang, dan disini terdapat dua buah tangki air minum yang sangat besar yang dipersiapkan sebagai cadangan air minum saat terjadi bencana.” jelas Randhy.
Lokasi kunjungan berikutnya adalah Kota Sawara. Sawara merupakan kota yang dijadikan cagar budaya oleh Pemerintah Jepang, salah satu alasannya adalah karena penduduk kota ini menjaga rumah-rumah mereka tetap seperti bentuk aslinya sejak Zaman Edo. “Hal yang paling menarik kota ini adalah bangunan-bangunan tradisionalnya mampu bertahan dari Gempa Besar Jepang sementara bangunan-bangunan modern lainnya hancur.” tambah Randhy.
Lokasi kunjungan berikutnya adalah ke Pabrik Pusat KAO dan Kuil Choonji di Kecamatan Hinode yang mengalami kerusakan akibat pencairan tanah (liquefaction). Kunjungan terakhir adalah Honjo Bosaikan atau Life Learning Center. Tempat ini merupakan tempat yang dirancang khusus untuk pelatihan tanggap bencana. Di sana terdapat beberapa alat simulasi bencana antara, lain : simulasi gempa, simulasi banjir, dan simulasi kebakaran.
Selain kunjungan ke berbagai lokasi bencana, peserta Kizuna Project juga mengikuti kegiatan pertukaran seni dan budaya dengan warga setempat, yaitu dengan Pelajar SMA Itako dan Warga Kota Itako. Di SMA Itako peserta belajar beberapa Kesenian Jepang, antara lain : kaligrafi (Shodo), seni melipat kertas (Origami), dan memasak Kue khas Jepang Wagashi, serta menyaksikan Bela Diri Kyudo dan Kendo. Selanjutnya, peserta Kizuna diajarkan cara menganyam Bunga Ayame, bunga khas Kota Itako, dan diperbolehkan mengikuti upacara minum teh oleh ibu-ibu PKK Kota Itako.
“Isu tentang Jepang tidak aman untuk dikunjungi tidaklah benar. Pemerintah Jepang telah melakukan penelitian mengenai tingkat radiasi di kota-kota di luar provinsi Fukushima dan diketahui bahwa tingkat radiasinya masih tergolong aman, sehingga kita tidak perlu takut untuk berkunjung atau belajar ke Jepang.” tutup Randhy.