ASEAN Economic Community telah diberlakukan secara efektif sejak tahun 2015. Hal tersebut mau tidak mau akan membawa dampak semakin ketatnya persaingan dalam negeri, khususnya dalam bidang tenaga kerja yang berbasis kepada sektor engineering. Dengan terbukanya kran pasar bebas regional tersebut menjadi tantangan tersendiri yang harus dihadapi oleh para engineer di Indonesia untuk meningkatkan kompetensinya sehingga mampu bersaing dengan tenaga asing dari luar negeri. Jangan menjadikan persaingan bebas tersebut menjadi “ancaman” yang menakutkan bagi para insinyur Indonesia, karena jika demikian adanya maka bukan hanya hasil dan produk industri dalam negeri yang terancam, tapi penyedia jasa lokal pun hanya akan menjadi penonton melihat lahan pekerjaan mereka “dirampas” tenaga dari luar negeri.
Hal itu disampaikan Prof. Panut Mulyono, Dekan Fakultas Teknik UGM saat memberikan paparan di Kuliah Wajib Kapita Selekta yang diselenggarakan oleh DTETI FT UGM, Jum’at (7/4/2017). Menurut beliau “profesional” adalah salah satu kunci yang dapat membawa para engineer (insinyur) di Indonesia mampu bersaing secara kompetitif terhadap tenaga kerja asing, sehingga nilai-nilai yang menjadi fondasi untuk membentuk sikap profesional bagi para engineer (insinyur) perlu ditanamkan sedini mungkin.
Pada tahun 2016 disinyalir bahwa dari sekitar 75 ribu lulusan perguruan tinggi dengan latar belakang teknik, hanya sekitar 20 persen yang mumpuni menekuni bidangnya, selebihnya bekerja atau menekuni bidang-bidang lain di luar disiplin ilmu teknik. Apabila fenomena tersebut terjadi berlarut-larut tentu saja akan menyebabkan Indonesia krisis engineer (insinyur) lokal, hal ini sudah barang tentu tidak dikehendaki oleh siapapun.
Menurut Prof. Panut, langkah pemerintah untuk lebih memberdayakan profesi insinyur di Indonesia melalui penyelenggaraan Program Profesi Insinyur sudah cukup baik guna mengatasi ancaman krisis insinyur di Indonesia pada masa mendatang. Terlebih lagi saat ini pemerintah sedang menggenjot pembangunan infrastruktur di berbagai daerah di Indonesia, sehingga hal tersebut tentu saja akan membutuhkan keterlibatan banyak insinyur yang profesional di bidangnya.
Prof. Panut secara khusus juga mengapresiasi penyelenggaraan Kuliah Kapita Selekta yang dinisiasi oleh Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi UGM, sebagai salah satu upaya melakukan penguatan kompetensi calon-calon insinyur yang akan dihasilkan oleh Universitas Gadjah Mada. Sebagai penutup Prof. Panut secara khusus menyampaikan pesan kepada seluruh peserta yang hadir supaya dapat turut berperan serta dalam upaya mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia melalui keahlian yang dikuasainya.
(abw/ans/sdh)