Kuliah Kapita Selekta yang merupakan kuliah wajib bagi mahasiswa Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi FT UGM bertema Social Entrepeneurship digelar di Ruang E6 Gedung DTETI FT UGM lantai 3, Jum’at (28/4/2017) jam 08.00 s.d 11.00 wib.
Kuliah Kapita Selekta pada kesempatan ini menghadirkan Veronica Colondam, founder Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB). Sebagaimana dikutip dari Tribunnews.com, Founder/CEO YCAB Foundation Veronica Colondam menjadi salah satu penerima penghargaan sebagai Social Entrepreneur 2012 dari organisasi Schwab Foundation yang berafiliasi dengan World Economic Forum. Beliau terpilih dari 1.000 pendaftar di seluruh dunia tersebut merupakan orang-orang yang dipilih berdasarkan pada pendekatan inovatif yang dilakukan, serta dampak dari program. Sebuah kesempatan yang berharga bagi mahasiswa DTETI dapat menimba ilmu tentang Social Entrepeneurship secara langsung dari sosok Veronica Colondam.
Diawali dengan memberikan gambaran mengenai kondisi sosial ekonomi negara kita pembicara mencoba untuk menyentuh sense of crisis dari para peserta kuliah dengan memberikan cerita-cerita nyata di masyarakat kita, yang sebelumnya mungkin kondisi tersebut luput dari perhatian mahasiswa. Sesungguhnya di sekeliling kita saat ini banyak sekali pihak-pihak yang memerlukan bantuan untuk dapat memperbaiki kualitas hidupnya.
Ibu Veronica menekankan bahwa membangun bisnis sociopreneur itu harus dilandasi dengan kemauan dan tekad yang kuat, karena hasilnya tidak hanya akan berdampak pada masyarakat saja, melainkan ini juga merupakan tanggung jawab kita untuk menjaga kehidupan umat manusia di planet yang kita tinggali.
Tantangan yang harus dihadapi social enterprise adalah dia harus mampu mengolaborasikan antara tujuan sosial yang ditempuh melalui jalur bisnis (trading), sehingga pendapatan yang diperoleh bukan sepenuhnya mengandalkan dari donasi. Selain itu revenue yang dia dapatkan harus diinvestasikan kembali untuk menjaga kesinambungan program sosial. Ini berbeda dengan perusahaan-perusahaan yang berorientasi kepada profit, yang mana social impact yang ditimbulkan tidak menjadi tujuan utama mereka. Para pengusaha sociopreneur dituntut untuk lebih memiliki tujuan sosial dan bisnis yang jelas agar hasilnya tepat sasaran serta mampu membuat perubahan ke arah yang positif.
Kepedulian sosial adalah kunci dari utama dari kesuksesan membangun Social Entrepeneurship, sehingga mahasiswa diharapkan selain mengasah kemampuan otak juga harus mengasah hati. Keduanya harus berjalan seimbang, karena memang sudah seharusnya ilmu pengetahuan dan teknologi itu bermuara kepada kemanusiaan. Ibu Veronica mengingatkan kepada seluruh mahasiswa yang hadir bahwa saat ini mereka tengah menikmati sebuah “kemewahan” dalam bidang pendidikan. Beliau menegaskan hal tersebut dengan memaparkan data dan fakta bahwa di luaran sana pendidikan tak seindah yang dirasakan mahasiswa yang hadir saat ini, sehingga sudah semestinya hal ini menjadi penggugah mahasiswa untuk turut peduli dan merasa bertanggung jawab atas ketimpangan yang ada tersebut. Suatu hari nanti salah satu, atau bahkan banyak dari mahasiswa yang hadir di kelas ini diharapkan mampu berperan dalam mengentaskan permasalahan yang ada, demikian ditandaskan oleh Ibu Veronica.
Sebagai penutup, Ibu Veronica menantang seluruh mahasiswa yang hadir untuk turut serta berperan mengentaskan berbagai persoalan sosial di mulai dari lingkungan yang terdekat, jika bukan kita siapa lagi yang diharapkan. Willingness adalah poin penting yang menjadi penekanan Ibu Veronica kepada siapapun yang akan terjun ke dunia socio entrepreneur.
(abw/ans/sdh)